• Dzikir Pagi Dan Petang

    Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (Al-Ahzab: 41—42)

  • Dzikir Mejelang Tidur

    Siapa yang membaca ayat Kursi saat hendak tidur, maka sesungguhnya dia selalu berada dalam perlindungan Allah dan tidak didekati setan hingga pagi hari.

  • Bacaan Setelah Bangun Tidur

    Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (Al-Ahzab: 41—42)

  • Dzikir Setelah Shalat Fardlu

    Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (Al-Ahzab: 41—42)

  • Bacaan Shalat Tahajud

    Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (Al-Ahzab: 41—42)

Selasa, 28 April 2015

Pemuda Idaman Akhir zaman

Masa muda katanya adalah masa yang penuh warna, masa-masa yang setiap orang tua pasti ingin memutar lagi memorinya. Tapi, masa itu sangatlah labil, Pikiran pun belum bisa terfokus pada satu titik, hanya mengikuti alur hasrat dan keinginan yang ada di dalam hati sehingga masa itu akan membuat orang yang mengalaminya seperti terombang-ambing di atas derumnya ombak laut.

Share:

Senin, 13 April 2015

Membangun Rumah Tangga Sakinah

Rumah tangga ibarat dua sisi mata uang, suatu saat ia datang dan menjelma menjadi taman surga yang membuat semua penghuninya merasa betah didalamnya, namun bisa saja ia datang sebagai tambang derita yang seolah-olah mau membunuh kita secara perlahan. Lalu bagaimana keluarga yang kita bina bisa datang dengan wajah taman surga? Inilah yang menjadi idaman setiap insan. Namun apakah mereka semuanya berhasil atau malah banyak yang menemukan jalan buntu, baik yang berkecukupan secara materi maupun yang tersorang-sorang? Apa sebenarnya rahasianya? Mengapa kebanyakan dari kita sulit mewujudkannya? Bahkan tidak jarang yang mewarnai rumah tangga adalah percekcokan dan pertengkaran yang berujung pada terancamnya keutuhan rumah tangga dengan bahasa lain yakni al-firaq (perceraian).

Allah SWT menyebutkan perjanjian untuk membangun rumah tangga sebagai perjanjian yang sangat kuat dan kokoh yaitu “mitsaqan ghalidlo”. Allah swt menyebutkan kalimat tersebut hanya dalam dua hal yaitu dalam membangun rumah tangga yang terdapat dalam surat An nisa’: 21, dan dalam membangun misi kenabian. Rosulullah SAW sendiri bersabda: “perbuatan halal yang dimurkai oleh Allah adalah perceraian.” Ada makna yang cukup tersirat dan rahasia dalam dawuh tersebut. Tidak ada satu perbuatan halal yang Allah murkai kecuali perceraian. Mengapa ini terjadi dalam perceraian? Inilah yang menjadi PR kita. Tentu masing-masing dari kita tidak ingin dimurkai sehingga rahmat Allah menjauh dari rumah kita.

Alhasil bangunan rumah tangga ibarat bangunan misi kenabian. Sehingga keluarga sakinah yang menjadi impian setiap manusia tidak mudah diwujudkan sebagaimana tidak mudahnya mewujudkan misi kenabian oleh setiap manusia. Pelu persyaratan-persyratan yang ketat dan berat. Mengapa? Karena dua persoalan ini bertujuan mewujudkan kesucian. Kesucian berpikir, mengolah hati, bertindak, dan generasi penerus umat manusia.

Makna Sakinah: Sebelum kita merintis keluarga sakinah, alangkah baiknya kita mengetahui dulu apa arti istilah tersebut. Istilah sakinah digunakan Al-qur’an untuk menggambarkan kenyamanan keluarga. Istilah ini mempunyai akar kata yang sama dengan “sakanun” yang berarti tempat tinggal. Bisa disimpulkan bahwa istilah tersebut digunakan Al-qur’an untuk menyebut tempat berlabuhnya setiap anggota keluarga dalam suasana yang nyaman dan tenang, sehingga menjadi lahan subur untuk tumbuhnya cinta kasih (mawaddah warahmah) di antara sesama anggotanya. Untuk mencapai itu semua, dalam bangunan rumah tangga Allah SWT telah menetapkan hak dan kewajiban. Kita bisa meminjam istilah Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Bangunan rumah tangga harus punya AD/ART, visi dan misi yang harus sesuai rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh Allah dan RasulNya. Sebetulnya kita jangan hanya mengangalkan AD/ART yang bersifat teks atau buku, kita juga bisa meniru sosok figur yang telah berhasil mewujudkan sebuah keluarga besar yang berhasil mencetak generasi-generasi penerang alam. Dan ini tidak akan terbantahkan lagi oleh semua kaum muslimin. Figur tersebut adalah baginda Rasulullah yang berhasil membina dan membentuk keluarga sakinan dengan Sayyidah Khadijah

Wanita Lebih Berperan: Disini ada hal yang menarik untuk dikaji, khususnya bagi kaum hawa. Apa itu? Fakta berbicara bahwa Rasulullah banyak dibicarakan oleh kaum adam bahwa beliau melakukan pologami, kemudian mereka melaksanakannya dengan dalil mencontoh Rasulullah. Tapi kita harus ingat kapan Rosulullah berpoligami dan mengapa beliau melakukan hal ini? Sejarah mencatat bahwa beliau tidak berpoligami saat beliau masih berdampingan dengan Sayyidah Khadijah sampai beliau meninggal. Hal ini karena sosok Khadijah yang luar biasa, seorang istri yang benar-benar memahami jiwa dan profesi suaminya. Beliau korbankan seluruh harta bendanya untuk dakwah Rosulullah, Sehingga Rasulullah tidak pernah melupakan Khadijah walaupun sudah meninggal dan disampingnya telah ada pendamping wanita yang lain bahkan lebih dari satu. Sosok Khadijah al-Kubra ini bisa diambil uswahnya bagi wanita khususnya kaum ibu supaya sang suami tidak mudah menoleh ke lain hati.

Maka bisa disimpulkan bahwa yang paling berperan besar dalam membentuk keluarga sakinah adalah wanita. Mari kita perhatikan firman Allah SWT dalam surat Ar-Ruum: 21 yang artinya: “diantara tanda-tanda kekuasaannya adalah Dia menciptakan istri dari spesies kalian agar kalian merasa sakinah dengannya, dia juga menjadikan diantara kalian rasa cinta dan kasih saying. Sesungguhnya dalam hal ini terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir.” Dalam ayat tersebut ada kalimat “supaya kalian memperoleh atau merasakan sakinah” yang merupakan arti dari kalimat “Litaskunu”. Jadi sakinah itu dalam diri perempuan. Tapi harus diingat laki-laki harus menjaga sumber sakinah tersebut, tidak lantas mencemati dan menodainya agar sumber itu tetap terjaga, jernih dan suci, serta mengalir ke semua anggota keluarga.

Memahami Hak dan Kewajiban Sesama: Sebagai pengantar untuk membangun keluarga sakinah perlu kiranya kita harus mengetahui untuk selanjutnya mengaplikasikan hak dan kewajiban pasangan suami istri yang telah ditetapkan Allah dan Rasulnya. Hak-hak suami antara lain: suami adalah pemimpin keluarga. Dalam Al-qur’an disebutkan bahwa “kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)”, suami berhak dipatuhi dan tidak boleh ditentang, istri tidak boleh mensedekahkan harta atau berpuasa sunnah kecuali mendapat izin dari sang suami, suami harus dilayani dalam semua kebutuhan jasmani dan biologis kecuali kalau ada udzur, dan lain sebagainya.

Adapun hak-hak istri antara lain: istri harus mendapat perlakuan yang baik sesuai dengan firman Allah yang artinya:”ciptakan hubungan yang baik dengan istrimu.” (An Nisa’: 19), istri berhak mendapatkan nafkah dari suami baik sandang, pangan maupun papan, dan lain sebagainya. Selain sebuah keluarga harus mengetahui hak dan kewajiban, keluarga yang sakinah adalah bisa meredam emosi dan pertikaian. Rosulullah bersabda: “laki-laki yang terbaik dari umatku adalah orang yang tidak menindas keluarganya, menyayanginya dan tidak berlaku dzalim pada mereka.” Ada suatu kisah, pada suatu hari seorang sahabat menghadap Rasulullah dan berkata: “ya Rasulullah, aku mempunyai seorang istri yang selalu menyambutku ketika aku datang dan menghantarkanku saat aku keluar rumah. Jika ia melihatku termenung, ia sering menyapaku dengan mengatakan: ada apa denganmu? Apa yang kau risaukan? Jika rizkimu yang kau risaukan, ketahuilah bahwa rizkimu ada ditangan Allah. Tapi jika yang kau risaukan adalah urusan akhirat maka semoga Allah menambah rasa risaumu.” Setelah mendengar cerita sahabat tersebut, Rasulullah bersabda: “sampaikan kabar gembira pada istrimu tentang surga yang sedang menunggunya! Dan katakan padanya bahwa ia temasuk salah satu pekerja Allah. Allah mencatat setiap hari baginya pahala tujuh puluh syuhada’.” (makarimul Akhlaq: 200).

Share:

Minggu, 12 April 2015

Syekh M. Arsyad Al-banjari, Sang matahari agama Dari Kalimantan

Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdur Rahman al-Banjari, demikian nama seorang ulama ternama asal Kalimantan yang kiprahnya terkenal di nusantara. Berangkat dari tanah kelahirannya di Martapura, syekh belajar ke tanah kelahiran Islam, Makkah dan Madinah, kemudian pulang menjadi ulama yang mendidik banyak putra bangsa serta mencetak du'at penerus dakwah.

Beliau lahir pada 15 Safar 1122 Hijriyah atau bertepatan dengan 17 Maret 1710 Masehi. Menurut beberapa sumber, ia memiliki garis keturunan hingga cucu Rasulullah dari Ali bin Abi Thalib dan Fathimah az-Zahra. Nenek moyang syekh yang datang ke Tanah Melayu merupakan Abdullah bin Abu Bakar as-Sakran, kakek dari Abdur Rahman al-Banjari. Abdullah pertama kali datang di Filipina dan mendirikan Kerajaan Mindano.

Saat perang melawan Portugis, datuk Muhammad Arsyad ini melarikan diri ke Martapura atau Lok Gabang. Di Ibu Kota Kerajaan Banjar inilah, ia menurunkan keturunan hingga lahirlah Syekh Muhammad Arsyad. Lahir di tengah keluarga beragama, Syekh Arsyad mendapat pendidikan Islam yang baik. Hingga menginjak usia remaja, ia pun berangkat ke Haramain untuk menempa ilmu.

Tak tanggung-tanggung, syekh menghabiskan waktu 30 tahun di Makkah dan lima tahun di Madinah untuk menyempurnakan ilmu agmanya. Tak heran jika kefakihannya tak tertandingi di nusantara saat ia pulang kembali ke kampung halaman. Waktu lama yang Syekh Arsyad habiskan di Tanah Suci membuatnya menjadi murid sekaligus sahabat para masyayikh ternama Saudi. Beberapa di antaranya, yakni Syekh 'Athoillah bin Ahmad al-Mishry, Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi dan Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-Hasani al-Madani.

Disebutkan pada masa itu, terdapat empat ulama dari Tanah Air yang menuntut ilmu di Haramain. Selain Syekh Arsyad, terdapat pula Syekh ‘Abdus Shamad al-Falimbani dari Palembang, Syekh Abdur Rahman al-Mashri al-Batawi dari Betawi, dan Syekh Abdul Wahhab Bugis dari Bugis. Dengan mereka, Syekh Arsyad berteman baik dan menuntut ilmu di Tanah Suci. Keempatnya pun kemudian dijuluki "Empat Serangkai dari Tanah Jawi (Melayu)".

Sepulang dari Tanah Suci, Syekh al-Banjari kemudian pulang ke tanah kelahirannya di Martapura. Dari sana, ia kemudian membangun pendidikan Islam di Kalimantan. Ia memegang peranan penting dalam penyebaran dakwah Islam di sana. Setelah membuka majelis ilmu, al-Banjari pun kemudian mendidik banyak murid. Dari pengajaran dia, lahir para dai yang kemudian ikut serta dalam mendakwahkan Islam di Kalimantan.

Bahkan dikisahkan, saat pulang ke Martapura, al-Banjari disambut dengan upacara adat kebesaran yang dihelat Raja Banjar, Sultan Tamjidillah. Rakyat Banjar mengelukan kedatangan sang syekh yang dianggap sebagai Matahari Agama. Maksudnya, al-Banjari diharapkan dapat menjadi cahaya agung yang menyinari Kerajaan Banjar.

Tak hanya masyarakat, tapi seluruh pihak kerajaan pun mengharapkannya menjadi pembimbing agama mereka. Harapan tersebut pun tercapai. Al-Banjari pulang dan menyalakan cahaya agama yang menghidupkan masyarakat Banjar. Namun, tak hanya di Kalimantan, dakwahnya pun disambut baik oleh masyarakat di Pulau Jawa. Di Jakarta, yang saat itu masih bernama Batavia, pendidikan al-Banjari diterima dengan antusias. Ia bahkkan pernah mengoreksi arah kiblat beberapa masjid tua di Jakarta, seperti Masjid Pekojan dan Masjid Luar Batang di Jakarta Utara.

Syekh berdakwah di nusantara hingga 50 tahun lamanya. Ia juga memiliki banyak karya yang menjadi media pembelajaran Islam kala itu. Kitabnya yang paling fenomental, yakni Sabil al-Muhtadin. Semua ulama di tanah Melayu menjadikan kitab tersebut sebagai rujukan ilmu. Hampir tak ada satu pun ulama nusantara yang tak mengenal karya beliau tersebut. "Dia sangat termasyhur dengan kitab Sabilal Muhtadin. Judul kitab yang kini diabadikan menjadi nama masjid terbesar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Selain Sabil al-Muhtadin, al-Banjari pun menghasilkan karya yang jumlahnya sangat banyak. Meski aktivitas mengajar telah menghabiskan banyak waktunya, syekh menyempatkan menulis kitab untuk menunjang dakwahnya. Dengan ilmu agama yang mumpuni, al-Banjari tak hanya menulis kitab dalam satu bidang agama. Ia menulis tentang akidah, fikih, tafsir, hadis, dan hampir seluruh cabang ilmu agama.

Setelah menorehkan banyak kiprah bagi Muslimin Tanah Air, bahkan hingga Asia Tenggara, al-Banjari kemudian mengembuskan napas terakhir pada 6 Syawal 1227 Hijriyah atau 3 Oktober 1812 Masehi. Ia dimakamkan di Desa Kelampaian Tengah, Kecamatan Astambul, yakni berjarak sekitar 15 kilometer dari Martapura. Hingga kini, makamnya sering dikunjungi warga, bahkan menjadi objek wisata religi. Di dekat makam, dibangun pula sebuah perpustakaan yang menyimpan karya ulama karismatik yang pernah dimiliki Indonesia ini.

Share:

Jumat, 10 April 2015

Sosok Ulama Kharismatik, Abuya Dimyati, Keramat Dari Barat

Ulama dan guru tarekat yang ‘alim dan wara’ di Banten. Nama lengkapnya adalah KH. Muhammad Dimyati bin Muhammad Amin al-Banteni yang biasa dipanggil dengan Abuya Dimyati, atau oleh kalangan santri Jawa akrab dipanggil “Mbah Dim”.Lahir sekitar tahun 1925 dari pasangan H. Amin dan Hj. Ruqayah. Sejak kecil Abuya Dimyati sudah menampakan kecerdasan dan keshalihannya. Ia belajar dari satu pesantren ke pesantren lainnya, menjelajah tanah Jawa hingga ke pulau Lombok demi memenuhi pundi-pundi keilmuannya.

Kepopuleran Mbah Dim setara dengan Abuya Busthomi (Cisantri) dan kiai Munfasir (Cihomas). Mbah Dim adalah tokoh yang senantiasa menjadi pusat perhatian, yang justru ketika dia lebih ingin “menyedikitkan” bergaul dengan makhluk demi mengisi sebagian besar waktunya dengan ngaji dan ber-tawajjuh ke hadratillah. Sebagai misal, siapakah yang tidak kecil nyalinya, ketika begitu para santri keluar dari shalat jama’ah shubuh, ternyata di luar telah menanti dan berdesak-desakan para tamu (sepanjang 100 meter lebih) yang ingin bertemu Mbah Dim. Hal ini terjadi hampir setiap hari. Para peziarah Walisanga yang tour keliling Jawa, semisal para peziarah dari Malang, Jember, ataupun Madura, merasa seakan belum lengkap jika belum mengunjungi ulama Cidahu ini, untuk sekadar melihat wajah Mbah Dim; untuk sekadar ber-mushafahah (bersalaman), atau meminta air dan berkah doa.

Mbah Dim menekankan pada pentingnya ngaji dan belajar, yang itu sering disampaikan dan diingatkan Mbah Dim kepada para santri dan kiai adalah jangan sampai ngaji ditinggalkan karena kesibukan lain ataupun karena umur. Sebab, ngaji tidak dibatasi umur. Sampai-sampai, kata Mbah Dim, "Thariqah aing mah ngaji", yang artinya ngaji dan belajar adalah thariqahku.

Bahkan kepada putera-puterinya (termasuk juga kepada santri-santrinya) Mbah Dim menekankan arti penting jama’ah dan ngaji sehingga seakan-akan mencapai derajat wajib. Artinya, tidak boleh ditawar bagi santri, apalagi putera-puterinya. Mbah Dim tidak akan memulai shalat dan ngaji, kecuali putera-puterinya yang seluruhnya adalah seorang hafidz (hafal Al-Qur’an) itu sudah berada rapi, berjajar di barisan (shaf) shalat. Jika belum dating, maka kentongan sebagai isyarat waktu shalat pun dipukul lagi bertalu-talu. Sampai semua hadir, dan shalat jama’ah pun dimulai.

Mbah Dim merintis pesantren di desa Cidahu Pandeglang sekitar tahun 1965, dan telah banyak melahirkan ulama-ulama ternama seperti Habib Hasan bin Ja’far Assegaf yang sekarang memimpin Majelis Nurul Musthofa di Jakarta. Dalam bidang tasawuf, Mbah Dim menganut tarekat Qodiriyyah-Naqsabandiyyah dari Syeikh Abdul Halim Kalahan.

Tetapi praktik suluk dan tarekat, kepada jama’ah-jama’ah Mbah Dim hanya mengajarkan Thariqah Syadziliyah dari syekh Dalhar. Itu sebabnya, dalam perilaku sehari-hari ia tampak tawadhu’, zuhud dan ikhlas. Banyak dari beberapa pihak maupun wartawan yang coba untuk mempublikasikan kegiatannya di pesantren selalu di tolak dengan halus oleh Mbah Dim, begitu pun ketika ia diberi sumbangan oleh para pejabat selalu ditolak dan dikembalikan sumbangan tersebut. Hal ini pernah menimpa Mbak Tutut (Anak Mantan presiden Soeharto) yang member sumbangan sebesar 1 milyar, tetapi oleh Mbah Dim dikembalikan.

Tanggal 3 Oktober 2003 tepat hari Jum’at dini hari Mbah Dim dipanggil oleh Allah SWT ke haribaan-Nya. Banten telah kehilangan sosok ulama kharismatik dan tawadhu’ yang menjadi tumpuan berbagai kalangan masyarakat untuk dimintai nasihat. Bukan hanya masyarakat Banten, tapi juga umat Islam pada umumnya merasa kehilangan. Ia di makamkan tidak jauh dari rumahnya di Cidahu Pandeglang, dan hingga kini makamnya selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah di Tanah Air.

Share:

Senin, 06 April 2015

Download Ebook: Sejarah Imam Syafi'i


Judul: Sejarah Imam Asy-syafi'i
Bahasa: Indonesia
Penterjemah: Abu Umamah Arif Hidayatullah
Editor: Eko Haryanto Abu Ziyad
Terbitan: Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat rabwah
Sumber Risalah: islamhouse.com

Ringkasan: Nama imam asy-syafi'i sudah begitu familiar ditelinga kita. Beliau adalah imam kita. Tetapi apakah kedekatan nama beliau dihati kita sudah sama pada pengenalan kita pada sosok pribadi beliau ? Barangkali belum ? Nah, dalam risalah ini dijelaskan tentang sosok pribadi beliau secara sempurna ... DOWNLOAD DISINI

Share:

Kamis, 02 April 2015

Pemblokiran 19 situs media islam menuai kritik tajam

Image by: arrahmah.com

Pemblokiran 19 situs media Islam oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi menuai kritik keras dari para pengguna media sosial melalui tagar #KembalikanMediaIslam. Kendati begitu, banyak pula yang menganggap keputusan itu tepat.

Situs-situs tersebut diblokir sejumlah penyedia layanan internet (ISP) atas permintaan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai upaya pencegahan paham radikal di Indonesia.

Lalu, pada Senin (30/03) sore, tagar #KembalikanMediaIslam muncul di sejumlah jejaring sosial. Awalnya, tagar ini dimulai oleh Suci Susanti, seorang aktivis di Lapas Anak Tangerang, yang senang membaca dakwatuna.com, salah satu situs yang diblokir. "#kembalikanmediaIslam #bringbackdakwatuna," begitu kicaunya melalui akun @Bunda_Suci28.

Kepada BBC Indonesia, dia mengaku bingung mengapa situs itu diblokir karena menurutnya kontennya netral. "Yang saya lihat, situs itu isinya banyak pelajaran, kisah-kisah agama, fikih dan aqidah. Rata-rata sering menjadi rujukan teman-teman untuk isi ceramah." Dia mengatakan tidak semua situs yang ada dalam daftar blokir merupakan situs provokatif. "Pemberitaan soal ISIS di Dakwatuna justru isinya sama dengan media-media umum."

Bayu Prioko, yang memakai akun @bayprio, juga menjadi salah satu pengguna awal tagar #KembalikanMediaIslam. Dia mengatakan keputusan pemerintah "kurang tepat" karena "sebagian besar situs itu kontra ISIS dan sebagian lagi netral."

Data kepolisian mengatakan 159 orang telah berangkat ke Irak dan Suriah untuk bergabung dengan ISIS. "Pemerintah punya hak untuk memblokir, tetapi harusnya dicek dulu isinya, dipanggil, dilakukan pemeriksaan. (Karena) justru website itu (seperti Dakwatuna atau Hidayatullah) membantu pemerintah melawan radikalisme)," kata praktisi telekomunikasi dan pemerhati media yang aktif di jaringan TVSehat. "Pemerintah harus berhati-hati untuk hal yang bersifat SARA.

Kalau situs-situs itu tidak terbukti radikal, pemerintah harus rehabilitasi nama medianya," kata Bayu kepada BBC Indonesia. Tagar #KembalikanMediaIslam kemudian banyak juga digunakan oleh pengguna Twitter dan hingga kini telah digunakan 78.000 kali dan menjadi topik populer Twitter di Indonesia bahkan dunia.

Sejumlah situs yang diblokir antara lain arrahmah.com, voa-islam.com, dakwatuna.com, muslimdaily.net, dan hidayatullah.com. Situs kiblat.net, gemaislam.com, eramuslim.com, dan daulahislam.com turut pula diblokir. Sementara itu, Menteri Agama, Lukman Saifuddin, dalam akun Twitter-nya mengatakan Kementerian Agama "tak terlibat sama sekali dalam proses pemblokiran situs-situs tersebut." Lukman mengatakan akan menghubungi BNPT untuk mendapat penjelasan resmi "agar masyarakat mengetahui definisi dan batasan "radikal" itu seperti apa." Begitulah pemerintahan Jokowi sikapnya terhadap Islam dan umat Islam.

Sumber: (voa-islam.com)

Share:

Tokoh Islam

Hikmah

Islamia

Muslimah