• Dzikir Pagi Dan Petang

    Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (Al-Ahzab: 41—42)

  • Dzikir Mejelang Tidur

    Siapa yang membaca ayat Kursi saat hendak tidur, maka sesungguhnya dia selalu berada dalam perlindungan Allah dan tidak didekati setan hingga pagi hari.

  • Bacaan Setelah Bangun Tidur

    Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (Al-Ahzab: 41—42)

  • Dzikir Setelah Shalat Fardlu

    Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (Al-Ahzab: 41—42)

  • Bacaan Shalat Tahajud

    Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (Al-Ahzab: 41—42)

Sabtu, 24 Januari 2015

Detik-detik wafatnya syekh Abdul-qodir Al-jailani

Jasadnya memang sudah terkubur lebih dari delapan abad. Namun nama dan tauladan hidupnya tetap membekas kuat di kalangan umat Islam. Dialah Syekh Abdul Qadir al-Jailani, ulama sufi kelahiran Persia yang kemasyhurannya setingkat dunia.

Syekh Abdul Qadir terkenal sebagai pribadi yang teguh dalam berprinsip, sang pencari sejati, dan penyuara kebenaran kepada siapapun, dan dengan risiko apapun. Usianya dihabiskan untuk menekuni jalan tasawuf, hingga ia mengalami pengalaman spiritual dahsyat yang mempengaruhi keseluruhan hidupnya. Jejak Syekh Abdul Qadir juga dijumpai dalam belasan karya orisinalnya.

Selain mewarisi banyak karya tulisan, Syekh Abdul Qadir meninggalkan beberapa buah nasehat menjelang kewafatannya. Akhir hayat Syekh didahului dengan kondisi kesehatannya yang terus menurun. Kala itu putra-putranya menghampiri dan mengajukan sejumlah pertanyaan.

”Berilah aku wasiat, wahai ayahku. Apa yang harus aku kerjakan sepergian ayah nanti?” tanya putra sulungnya, Abdul Wahab.

”Engkau harus senantiasa bertaqwa kepada Allah. Jangan takut kepada siapapun, kecuali Allah. Setiap kebutuhan mintalah kepada-Nya. Jangan berpegang selain kepada tali-Nya. Carilah segalanya dari Allah,” jawab sang ayah.

”Aku diumpamakan seperti batang yang tanpa kulit,” sambung Syekh Abdul Qadir. ”Menjauhlah kalian dari sisiku sebab yang bersamamu itu hanyalah tubuh lahiriah saja, sementara selain kalian, aku bersama dengan batinku.”

Putra lainnya, Abdul Azis, bertanya tentang keadaannya. ”Jangan bertanya tentang apapun dan siapapun kepadaku. Aku sedang kembali dalam ilmu Allah,” sahut Syekh Abdul Qadir.

Ketika ditanya Abdul Jabar, putranya yang lain, ”Apakah yang dapat ayahanda rasakan dari tubuh ayahanda?” Syekh Abdul Qadir menjawab, ”Seluruh anggota tubuhku terasa sakit kecuali hatiku. Bagaimana ia dapat sakit, sedang ia benar-benar bersama dengan Allah.”

”Mintalah tolong kepada Tuhan yang tiada tuhan yang wajib disembah kecuali Dia. Dialah Dzat yang hidup, tidak akan mati, tidak pernah takut karena kehilangannya.” Kematian pun segera menghampiri Syekh Abdul Qadir.

Syekh Abdul Qadir al-Jainlani menghembuskan nafas terakhir di Baghdad, Sabtu bakda maghrib, 9 Rabiul Akhir 561 H atau 15 Januari 1166 M, pada usia 89 tahun. Dunia berduka atas kepulangannya, tapi generasi penerus hingga sekarang tetap setia melanjutkan ajaran dan perjuangannya. (Mahbib Khoiron)

Sumber: www.nu.or.id

Share:

Rabu, 21 Januari 2015

Mengenal sosok syaikhul islam ibnu taimiyah

Berikut adalah untaian kisah dari perjalanan seorang ulama besar dari kalangan ulama umat ini. Seorang imam dari kalangan para imam yang mendapat petunjuk, denganya Allah subhanahu wata'ala memperbaharui agama ini. Dan melalui tangannya allah subhanahu wata'ala menumpas bid'ah sampai ke akar-akarnya, beliau adalah seorang ulama dunia pada zamannya , orang tercerdas pada waktunya, belum ada yang menyamai dirinya dalam hal hafalan, ilmu serta amalan.

Beliau adalah syaikhul islam abul abbas ahmad bin syihabudin abdul halim bin majudin abul barakat abdul-salam bin abdullah bin abul qosim Al-harani. Ibnu taimiyah yang merupakan julukan bagi kakeknya yang paling atas. Lahir pada tanggal 10 rabiul awal tahun 661 H. Adapun al-harani adalah nisbat kepada sebuah negeri masyhur yang berada di antara negeri syam dan iraq.

Beliau berkulit putih berperawakan tinggi sedang, berdada datar tegap, sedikit beruban, dengan rambut menjulur sampai diatas daun telinga, matanya besar bagaikan lisan ketika berbicara, suaranya emas, fasikh, sangat cepat dalam membaca, padanya berhenti dalam hal keberanian serta memaafkan. Beliau hafal al-qur'an pada usia sebelum baligh, terampil dalam ilmu syari'at, dan bahasa arab serta ilmu mantiq dan lainnya. Dirinya tidak menikah tidak pula memiliki wanita simpanan, bukan karena tidak menyukai nikah, karena itu merupakan sunah nabi muhamad S.A.W. Namun, karena kesibukan beliau dengan ilmu. Mengajar, dakwah serta berjihad, beliau menghabiskan seluruh waktunya untuk meneliti, membaca, dan menela'ah, seakan diri beliau tidak pernah kenyang dan puas akan ilmu, tidak merasa puas dari menelaah, tidak bosan serta capek dari menyibukkan diri dengan penelitian ilmu, Berkata imam Dzahabi, "tidaklah aku melihatnya kecuali sedang berada diantara tumpukan kitab".

Beliau menyusun kitab untuk pertama kalinya pada usia tujuh belas tahun, beliau termasuk seorang ulama yang berpredikat sepanjang masa disebabkan begitu banyak karya tulis yang beliau hasilkan, sehingga belum pernah didapati dalam sejarah islam ada orang yang menulis karya ilmiah seperti yang beliau tulis, diperkirakan tulisan yang beliau hasilkan mencapai lima ratus jilid, dengan empat ribu buku tulis atau lebih,

sampai dikatakan tulisan yang beliau hasilkan pada setiap harinya mencapai empat buku, didalam menulis buku-bukunya beliau selalu mengambil dari hafalan yang dia miliki, dirinya sangat mahir dalam masalah menulis dan cepat dalam menyusun, sehingga hasil tulisannya bila disamakan hampir sama dengan kilatan cahaya mesin. Hasil karya tulisannya sangat sempurna, dengan dibarengi hujjah dan dalil yang kuat, bagus dalam penulisan serta susunan pembahasannya.

Beliau mulai mengajar, sedang usianya pada saat itu masih dua puluh satu setelah kematian bapaknya. Adapun dalam mengajar tafsir maka beliau mulai mengajar pada usia tiga puluh tahun, dan terus berlanjut sampai waktu yang cukup lama, sungguh terkumpul pada diri beliau imamah dalam masalah ilmu tafsir dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan al-qur'an. Dimana beliau sangatlah menekuni dan menyukainya secara total sampai dirinya betul-betul menguasai ilmu-ilmu tadi sehingga meninggalkan jauh yang lainya. Dikisahkan, beliau mempunyai kitab tafsir yang sangat panjang yang berisikan sesuatu yang menakjubkan dan belum pernah ada sebelumnya yang menyamainya.

Untuk mengenal sosok beliau lebih lengkap silahkan Download Ebooknya DOWNLOAD DISINI...

Sumber Risalah: islamhouse.com

Share:

Selasa, 20 Januari 2015

Teguran Rasulullah terhadap sahabat muadz bin jabal

Suatu hari, sahabat Muadz bin Jabal r.a. shalat Isya berjamaah bersama kaumnya. Di tempat tersebut ia menjadi imam. Sewaktu masih berlangsung jamaah shalat tersebut, salah seorang makmum mufaraqah (keluar dari jamaah), untuk kemudian dia melakukan shalat munfarid (sendirian).

Rupanya, ia merasa keberatan tatkala sang imam membaca Surah al-Baqarah dalam shalatnya. Usai shalat, Muadz ditodong sejumlah pertanyaan dari sebagian jamaah, sebagaimana termaktub dalam kitab Shahih Bukhari.

“Apakah kamu berlaku munafik wahai fulan?” tanya salah satu jamaah kepada Muadz. “Tidak,” jawab Muadz.

Kurang puas dengan jawaban tersebut, mereka mendatangi Rasulullah saw untuk mengadukan persoalan ini.

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami para pekerja penyiram bekerja pada siang hari, dan sesungguhnya Mu’adz shalat Isya’ bersamamu, kemudian dia datang mengimami kami dengan membaca surah Al-Baqarah,” protes mereka.

Nabipun mengklarifikasi persoalan ini kepada Muadz. Setelah mengetahui duduk permasalahan. Nabi kemudian memberikan nasihat kepada sahabatnya itu. “Mengapa kamu tidak membaca saja surat ‘Sabbihisma rabbika’ (al-A’la), atau dengan ‘Wasy syamsi wa dluhaahaa’ (asy-Syams) atau ‘Wallaili idzaa yaghsyaa’ (al-Lail)?” tutur Nabi.

“Karena yang ikut shalat di belakangmu mungkin ada orang yang lanjut usia, orang yang lemah, atau orang yang punya keperluan.”

Begitulah, imam atau pemimpin adalah seorang yang menjadi panutan dan diikuti oleh orang banyak. Maka, dia mesti bisa ngemong (memperhatikan dan melayani kebutuhan) umat. Kebijakan tidak hanya diukur dari kemampuan dirinya, tetapi juga memperhatikan maslahat dan mudarat yang akan menimpa umatnya.

Ditulis Oleh: (Ajie Najmuddin)

Sumber: www.nu.or.id

Share:

Selasa, 13 Januari 2015

Musik Dan Penghayatan Religius sufi

Imam al-Ghazali tetap bersikukuh pada pendapatnya tentang sama’, yakni konser kerohanian para sufi yang disertai pembacaan sajak dan tari-tarian. Meskipun para pakar fikih menegaskan bahwa musik itu dilarang, Imam Syafi’i memakruhkan musik dan tidak menerima kesaksian dari orang yang mendengarkan musik. Imam Malik dan Imam Abu Hanifah mengharamkan. Bahkan, sebagian kalangan sufi sendiri ada yang berkomentar miring tentang nyanyian. Fudail bin Iyadh mengatakan, “Nyanyian adalah perisai zina.” Abdullah bin Mas’ud bahkan menyatakan, “Nyanyian dapat menumbuhkan sifat munafik”.

Sama’ sebenarnya bersumber dari kodrat tubuh dan jiwa menusia sendiri. Manusia tidak dapat dipisahkan dari ritme atau musik, dan musik sangat penting bagi kesegaran jiwa. Ada musik yang dapat membahagaiakan dan ada yang dapat membuat sedih. Bagi sebagian besar kalangan sufi, sama’ merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada sang Khalik. Sama’ dapat mempengaruhi keadaan hati dari lupa menuju ingat kepada Tuhan. Sebagian sufi berkata, “Sama’ adalah makanan jiwa bagi ahli ma’rifat.” Sama’ dapat membawa pengdengarnya ke puncak spiritualitas yang disebut dalam istilah tasawuf dengan wajd.

Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’, setelah mengutip beberapa pendapat tentang hal-ihwal wajd, mengatakan, wajd adalah salah suatu keadaan yang dihasilkan oleh sama’, ia berupa warid (intuisi) dari Allah SWT yang datang kepada jiwa pendengarnya. Keadaan itu ada yang mengarah kepada mukasyafat dan musyahadat, dan ada yang mengarah pada perubahan pada ahwal, seperti rasa rindu, takut, dan lain-lain. Keadaan itu juga dapat membakar hati dan membersihkannya dari karat-karat nafsu yang sebagaimana api yang membakar dan menghilangkan karat-karat besi. Perubahan-perubahan yang terjadi ketika wajd juga nampak pada keadaan lahir. Ada yang sampai menangis, berteriak, bahkan ada yang naik terbang beberapa meter dari permukaan bumi.

Para sufi juga memandang bahwa sama’ berkaitan dengan tajarrud, yakni pembebasan dari alam benda melalui sarana yang berasal dari alam benda itu sendiri. Meskipun suara, bunyi, ritme, nada, dan lain-lain berasal dari alam benda yang dikuasai bentuk dan rupa, namun ia mempunyai hubungan dengan alam kerohanian yang tidak mempunyai rupa. Seperti hukum fikih yang terkait dengan hukum lahir, tapi ia bertalian dengan hakikat dan makna spritual agama.

Musik menurut tinjauan al-Ghazali secara umum bukanlah hal yang tabu. Musik menjadi hal yang tabu karena ada faktor eksternal, sedangkan hakikat musik sendiri sama dengan bunyi-bunyian yang lain seperti kicauan burung, ringkikan kuda, dll. Kecuali beberapa alat musik yang sudah di-nash keharamannya.

Al-Ghazali seperti kebanyakan para sufi menjadikan musik sebagai sarana untuk mencapai ma’rifat. Hati adalah tempat bersemayam rahasia-rahasia Ilahi yang tidak bisa tergali kecuali dengan sama’. Nyanyian- nyanyian indah dan merdu yang bernuansa religius dapat menembus ke dalam relung hati pendengarnya.

Banyak tarekat-tarekat yang menjadikan sama’ sebagai media zikirnya, seperti Tarekat al-Mawlawiyah, Alawiyah, Sanusiyah, dan lain-lain. Yang disebut pertama adalah tarekat yang berdiri di Anatolia (Asia Kecil) Turki pada Abad ketiga belas. Sampai sekarang merupakan tarekat yang berpengaruh di sana. Asal-muasal tarekat ini menggunakan sama’ sebagi sarana zikir mempunyai kisah yang unik. Pendiri tareakat ini, Jalaluddin ar-Rumi (604 H/1207 M-672H/1273 M), pada suatu hari dia mengunjungi sahabatnya Husamuddin, seorang pandai besi dan emas. Di depan kedai sahabatnya itu, ar-Rumi tiba-tiba terpesona mendengar pukulan palu berulang-ulang pada landasan besi. Dia seakan mendengar seruan, “Allah!, Allah!, Allah!” berulang-ulang. Dengan spontan dia menari berputar-putar sehingga menjadi wajd. Sejak itulah ia mengajarkan tari berputar seperti gasing kepada para pengikutnya disertai iringan musik dan pembacaan sajak.

Sementara itu, kelompok yang getol menolak sama’ datang dari kelompok fuqaha’ dan sebagian dari kalangan mutashawwifah sendiri. Sebagian mutashawwifah berpanangan bahwa ajaran tasawuf tidak layak terkontaminasi dengan hal-hal yang tidak serius, sebab ajaran tasawuf menekankan pada kesungguhan dan keseriuasan. Sama’ bagi mereka seperti gurauan yang tidak berfaidah. Imam adh-Dhahak bilang, “Nyanyian bisa merusak hati dan membuat murka Tuhan.” Imam Junaid mengatakan, “Bila ada seorang murid yang ingin melakukan aktivitas sama’, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya dia melakukan aktivitas yang sia-sia.”

Imam Junaid sebenarnya melakukan aktivitas sama’ seperti juga Imam Sahal at-Tasturi dan Imam Sari as-Saqati, hanya saja beliau melarang kepada seorang murid yang notabene belum memiliki kekuatan spiritual seperti mereka. Karena itu, ketika Abul Abbas Khidir AS. ditanya tentang kontroversi sama’, beliau manjawab, “Ia adalah sesuatu yang dapat membersihkan kesalahan, tapi hanya ulama yang bisa selamat di atasnya.” Ada yang mengatakan bahwa sama’ hanyalah boleh dilakukan oleh para ‘arifin yang sudah stabil, bukan seorang murid pemula.

Jadi, bukan sembarang orang yang bisa menjadikan sama’ sebagai sarana dan media untuk taqarrub kepada Allah SWT. Hanyalah jiwa yang mulia dan bersih hatinya dari kotoran serta terbebas dari belenggu hawa nafsu. Sedangkan tujuan utama sama’ adalah taqarrub kepada Allah SWT dengan bisa mencapai wajd. Sementara itu, bukan hanya dengan sama’ untuk mencapai wajd, masih banyak cara yang lain, seperti membaca dan mendengarkan al- Quran, zikir, dan lain-lain.

Sumber Tulisan: www.sidogiri.net

Penulis: Muzakki Kholil

Share:

Minggu, 11 Januari 2015

Keseharian rasulullah dalam berbusana makan minum dan tidurnya

Keseharian Rasulullah Dalam Berbusana Makan Minum Dan Tidurnya

Dalam hal berbusana: Rasulullah amat sederhana, jauh dari kesan mewah. Busana ini sekedar untuk melindungi badan dari cuaca ekstrem. Orang yang tidak memakai pakaian mewah, sedangkan ia mampu melakukannya, Allah memanggilnya di hadapan makhluk, berhak memilih pakaian apapun.

Pakaian yang paling disenangi Rasulullah adalah gamis. (HR. Abu Dawud).

Sesekali Rasulullah mengenakan busana qithri yang diselempangkan di bahu, seperti diceritakan shahabat Anas bin Malik. Qithri adalah sejenis kain bertahan katun kasar, kain berasal dari Bahrain, Qatar.

Riwayat lain dari Anas bin Malik, "Pakaian yang paling disenangi Rasulullah adalah hibarah (kain katun produksi yaman) HR. Al-Bukhari.

Ujung kain dari gamis Rasulullah hanya sampai pertengahan betis, tidak sampai melewati pergelangan kaki.

Diriwayatkan Dari Abi Hurairah, "Sesungguhnya Allah tidak akan memandang orang yang menjuntaikan kainnya dengan kecongkakan." HR. Muslim.

Untuk warna pakaian Rasulullah senang warna putih (Hadis riwayat Tirmidzi, an-Nasai dan ahmad).

Nabi tidak suka pakaian warna merah dan yang dicelup dengan pewarna. Nabi juga tidak suka pakaian bergambar sekira mengganggu kekhusyu'an orang yang salat.

Rasulullah selalu berdoa sebelum berbusana. Banyak riwayat berbeda perihal doa mengenakan pakaian yang diajarkan Rasulullah.

Rasulullah memiliki sorban berwarna hitam, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil tapi berukuran sedang. Sebagaimana cerita shahabat Jabir. Ujung sorban Rasulullah menjulur di bawah dagu untuk melindungi leher dari cuaca dan juga menahan agar tidak terjatuh saat berkuda.

Rasulullah memiliki sapasang khauf (kaos kaki dari kulit hewan digunakan saat musim dingin) berwarna hitam pekat pemberian raja Ethiopia.

Rasulullah sehari-hari mengenakan sandal (terompah), kedua sandalnya memiliki tali qibal. Yaitu tali di bagian muka dan dijepit dua jari. Ketika memakai sandal Nabi mendahulukan kaki kanan, dan melepas dengan kaki kiri terlebih dahulu. Seperti riwayat Abi Hurairah.

Rasulullah juga terlihat mengenakan cincin perak yang juga berfungsi sebagai stempel surat. Ada ukiran tertera di cincin Nabi tersebut. Dalam ukiran itu tertera 'Muhammad' satu baris, 'Rasul' satu baris dan 'Allah' satu baris. Nabi melepas cincinnya jika hendak masuk toilet.

Perihal Makan Minum Rasulullah: Sebelum dan sesudah makan Rasulullah berdoa dan makan dengan tangan kanan. Tidak makan atau minum sambil berdiri. Rasulullah makan dengan tiga jari (jari tengah, telunjuk dan ibu jari). Setelah itu Nabi terbiasa menjilati ketiga jarinya.

Keluarga Nabi sering makan roti sya'ir dan tidak pernah memakannya sampai kenyang. Sya'ir adalah roti gandum paling rendah mutunya. Kadang kala dibuat makanan ternak, namun jika dihaluskan bisa menjadi olahan makanan yang sedap rasanya.

Nabi menyukai saus cuka dalam makannya. Beliau tidak pernah makan di atas meja. Serta tidak pernah makan roti gandum halus hingga wafat. Nabi suka memakan buah labu (Cucurbita moschata Durch), sebagaimana disebutkan oleh Anas bin Malik.

Menurut penuturan Sayidah Aisyah, Nabi gemar memakan kue manis dan sangat suka madu. Jika disuguhi daging, Rasulullah mengambil bagian dzir'an, yaitu bagian antara dengkul hingga bawah kaki dan memakan sebagian saja. Terkadang Nabi juga memakan qitsa' (sejenis mentimun) dicampur kurma yang baru masak. Seperti dikisahkan oleh Aisyah.

Untuk minuman, Rasulullah sangat suka air zam-zam. Sesekali Rasulullah minum minuman manis dingin. Seperti dikisahkan oleh Aisyah. Rasulullah memiliki wadah minum khusus yang terbuat dari kayu dan dililiti kawat. Seperti penuturan Anas bin Malik kepada Tsabit.

Perihal Tidurnya: Rasulullah tidur di awal malam dan menghidupkan akhir malam. "Rasulullah benci tidur sebelum salat Isya', berbincang-bincang setelahnya." Posisi tidur Nabi miring kanan, meletakkan kedua tangan di bawah pipi (HR Abu Dawud), dan Nabi membenci tidur tengkurap. Sebelum tidur, Rasulullah berwudhu seperti halnya mau salat, dan beliau selalu berdoa sebelum tidur.

Sebelum tidur Nabi meniup tangan dan membaca surat Al-ikhlas, al-Falaq dan an-Nas, kemudian di sapunya seluruh badan yang bisa dijangkau. Mulai dari kepala, wajah dan seluruh anggota tubuh yang bisa dijangkau kedua tangan, beliau melakukan hal ini sebanyak tiga kali.

Saat bangun tidur, beliau duduk sambil mengusap wajah dengan tangannya, menghirup air ke dalam hidung lalu menyemprotkannya. Nabi juga suka membersihkan mulut ya dengan siwak. Sebagaimana Hadis riwayat Bukhari dan Muslim.

Demikian semoga segala jejak langkah beliau menjadi teladan bagi kita amin..!

Dicopast dari kultweet pondok pesantren @sidogiri Pada hari jumat (02/01/2015)

Share:

Kamis, 08 Januari 2015

Prihal ibadah rasulullah, shalat, puasa, baca al-quran

Rasulullah dalam Hadits Abi Hurairah diceritakan, Rasulullah salat sampai kedua kakinya bengkak. Hal ini dilakukan sbagai wujud rasa syukur. Padahal kalau mau dikalkulasi secara fair, Rasulullah adalah manusia paling sempurna ibadahnya dan satu-satunya yang terjamin dosanya diampuni. Rasulullah sebagai insan sempurna, meneladankan semangat totalitas dalam ibadah. Agar kita sebagai umat mendapat gambaran akan hal itu.

Hadits Aisyah menyebut, "Nabi jika tidak sempat shalat sunah di malam hari, maka beliau lakukan salat dua belas raka'at di siang hari."

Di sini tampak jelas keteguhan Rasulullah dalam menjaga keistikamahan ibadah. Sehingga rutinitas ibadah tidak terputus.

Selanjutnya perihal puasa Rasulullah. Hadits riwayat Aisyah, Nabi bersungguh-sungguh berpuasa Senin dan Kamis. Hadits riwayat Abdullah bin Abbas, Rasulullah tidak pernah meninggalkan puasa di hari-hari terang (ayyamul bidh) setiap bulan. Rasulullah selalu berpuasa pada awal bulan selama tiga hari di setiap bulan. Dan jarang tidak puasa di hari Jumat.

Perihal Nabi membaca al-Quran, diriwayatkan oleh Hudzaifah, Nabi ketika membaca ayat khauf (ayat adzab) beliau membaca ta'awudz.

Ketika membaca ayat rahmat, beliau berdoa. Dan ketika membaca ayat tentang kesucian Allah, beliau membaca tasbih. Imam Qatadah bertanya kepada Anas bin Malik tentang bacaan al-Quran Nabi, dijawab, "bermad (tajwid)" Kemudian Aisyah ditanya perihal keras atau lirihnya bcaan Nabi, Aisyah mnjawab, "Maha Suci Allah telah memberi keluasan akan hal itu."

Demikia Sekilas Tentang prihal ibadah rosulullah Saw. Semoga kita semua bisa meneladani atas ibadah biliau, sehingga kita menjadi insan yang istiqomah dalam menjalankan ibadah sehari-hari amin...!

Dicopast dari kultweet pondok pesantren @sidogiri Pada hari jumat ( 02/01/2015 )

Share:

Senin, 05 Januari 2015

Keindahan Nama-nama Nabi Muhammad Saw

Ibnu 'Asakir meriwayatkan dari Ka'bil Akhbar, Bahwa Nabi Adam berkata pada Syits puteranya, bahwa Nama Muhammad tertulis di mata bidadari. Akan tetapi, Al-Qusthullani dalam Mawahib al-ladunniyah menyebut bahwa Rasulullah Saw. memiliki 1000 nama, sebagaimana Allah juga memiliki 1000 nama. Bisa jadi yang dikehendaki Al-Qusthullani di sini adalah sifat Baginda Nabi. Dan setiap sifat Nabi otomatis menjadi nama bagi beliau. Maka tidak heran jika nama Nabi mencapai 1000 nama. Sebab segala sifat-sifat terpuji berhak disematkan pada Baginda Nabi.

Berbeda dengan Al-Qusthullani, as-Suyuthi dalam al-Bahjah as-Saniyah menyebut nama Nabi hanya berkisar 500-an nama saja.

Hadis riwayat Jabir menyebutkan, di antara nama Nabi adalah Muhammad, Ahmad, Mahi yang berarti Nabi sebagai penghapus kekafiran.

Nama Nabi yang lain al-Hasyir artinya manusia digiring ke padang Mahsyar setelah Nabi. Al-'Aqib artinya tidak ada Nabi lagi setelah Rasulullah.

Hadis riwayat Ibnu Abbas menyebutkan Rasulullah bersabda: "Namaku dalam al-Quran adalah Muhammad, dalam Injil ialah Ahmad, dalam Taurat adalah Uhid".

Nama Nabi bagi penduduk surga, Abdul Karim. Bagi penduduk 'Arsy Abdul-Hamid, bagi para malaikat, Abdul-Majid. Bagi para Nabi, Abdul-Wahhab.

Nama Nabi bagi kalangan setan adalah Abdul-Qahhar, bagi kalangan jin adalah Abdur-Rahim. Nama Nabi di gunung, Abdul-Khaliq, di darat Abdul-Qadir.

Nama nabi paling utama adalah 'Muhammad'. Al-Qusthullani berkata Allah menamai dengan nama ini, 2000 tahun sebelum Adam diciptakan, sesuai Hadis Anas.

Ibnu Asakir menyebut nama Muhammad tertulis di mata malaikat, di ranting-ranting pohon surga, dedaunan surga dan di mata-mata bidadari.

Para ulama menyebutkan sewajarnya nama Muhammad atau Ahmad jangan pernah terlewatkan untuk dilekatkan pada nama setiap muslim.

Dalam Hadis Qudsi Allah berkata; "Aku bersumpah atas Diri-Ku sendiri, tidak akan aku masukkan orang yang bernama Ahmad atau Muhammad kedalam neraka".

Demikian sekilas tentang keindahan nama-nama nabi muhammad SAW. Semoga tetesan syafa'at beliau akan menjadi jembatan kita untuk menuju istana surga kelak amin..!

Dicopast dari kultweet pondok pesantren @sidogiri pada hari jumat (02/10/2015).

Share:

Minggu, 04 Januari 2015

Keindahan Fisik Baginda Nabi Muhammad SAW

Keindahan fisik Rasulullah tidak tampak seutuhnya kepada kita. Sebab jika ditampakkan seluruhnya, mata kita tak mampu untuk melihatnya. Al-Qurthubi

Ciri-ciri fisik beliau terekam oleh para Sahabat, kemudian dicatat oleh para ahli Hadits, hingga akhirnya sampai pada kita, dalam kitab syamail nabawiyah

Berikut adalah di antara ciri-ciri bentuk fisik Rasulullah SAW.

Postur tubuh Rasulullah sedang dan tegap.

Selanjutnya tinggi tubuh: Rasulullah memiliki tinggi tubuh yang sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek.

Kemudian warna kulit: Warna kulit Beliau tidak terlalu putih dan tidak pula terlalu hitam. Halus dan cerah.

Sendi-sendi tulang rasulullah sangat kuat, serta bentuk kepala agak besar dan kuat.

Rambut Rasulullah cukup tebal, agak berombak. Tidak keriting, tidak pula lurus tergerai. Selain tebal dan berombak ciri rambut Rasulullah panjang sampai menyentuh bagian bawah telinga.

Rasulullah memiliki dahi lebar, wajahnya selalu bercahaya dengan alis mata melengkung dan tebal. Di antara alisnya tampak urat darah halus yang berdenyut bila beliau emosi atau sedang bersemangat.

Warna bola mata beliau hitam pekat dengan bulu mata panjang.

Hidung Nabi mancung agak melengkung dan sesekali mengkilap jika terkena cahaya.

Mulut Rasulullah sedang, agak lebar. Giginya cemerlang agak renggang.

Rasulullah memiliki jenggot hitam dengan uban putih. Jenggotnya tipis tapi penuh, rata sampai pipi.

Bahu Rasulullah bidang (kekar) dan kokoh. Beliau memiliki dada, tangan dan kaki yang kuat.

Pergelangan tangan Rasulullah cukup lebar, telapak tangan dan telapak kaki agak lebar dan padat berisi.

Jari-jemari tangan dan kaki beliau tebal serta lentik memanjang.

Daerah di sekitar tulang belikat beliau cukup lebar dan terlihat proporsional. Di daerah inilah rasulullah memiliki tanda kenabian.

Ukuran dada dan pinggang Rasulullah seimbang. Serta lengan dan dada bagian atas berbulu. Bulu-bulu halus ini terus tumbuh dari bawah hingga atas pusar.

Seperti yang telah disebutkan, bahwa tidak semua dari keindahan fisik Nabi ditampilkan di hadapan kita. Sebab mata-mata manusia pasti tidak kuasa untuk melihatnya. Jika orang yang melihat Nabi Yusuf tak sadar mengupas tangannya, maka orang yang melihat ketampanan Rasulullah, bisa-bisa tak sadar mengiris hatinya.

Semoga dengan mengenal keindahan ciri fisik beliau akan menambah mahabbah kita, sehingga tetesan syafa'at beliau bisa kita raih dan kita gapai tatkala tubuh kelak terkapar dan terhempas di padang mahsyar amin..!

Di copast dari kultweet Pondok pesantren @sidogiri Pada hari jumat (02/01/2015)

Share:

Kamis, 01 Januari 2015

Tidak menikah bukan berarti tak laku

hidup di zaman ketika Islam semakin jauh dari kehidupan itu memang bukan hal yang mudah. Ada saja suara yang berusaha menilai seseorang dari tampilan luarnya saja. Kita tak akan pernah tahu apa yang telah dilewati oleh seseorang lainnya ketika ia memutuskan sesuatu dalam hidupnya. Begitu juga dalam hal jodoh. Masalah jodoh, menurut saya bukan masalah laku atau tidak laku Kita tidak sedang berjualan kue apem di sini yang bisa dinilai laku bila laris manis. Begitu sebaliknya, dibilang tak laku bila stok yang tersedia masih banyak.

Jodoh adalah masalah hidup dan mati, dunia dan akhirat. Betapa banyak istri yang tersiksa bahkan mati di tangan suami. Mungkin contoh ini terlalu ekstrem. Baiklah sedikit kita ambil contoh tentang betapa banyak istri yang memunyai suami tak pantas disebut imam yang akan menuntunnya ke surga. Suami yang enggan melaksanakan salat lima waktu, tidak memberi nafkah yang layak pada istri dan anak, dan melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Belum lagi suami yang suka mengucap kata talak atau cerai dengan begitu ringannya tapi masih juga enggak dengan resmi berpisah dari istrinya.

Masyarakat yang memperlakukan laki-laki seolah lebih istimewa daripada perempuan juga menjadikan hal ini lebih runyam. Permakluman selalu ada bagi laki-laki yang suka berganti pasangan, merokok, minum-minuman keras, suka begadang tak jelas, keluyuran ke tempat-tempat maksiat. Orang akan menyebutnya jantan. Memang begitu seharusnya laki-laki. Cap yang berbeda akan diberikan pada perempuan dengan sebutan bejat atau wanita nakal.

Masyarakat berharap perempuan sebagai tiang negara harusnya bersikap sopan, anggun dan baik. Seiring dengan semakin tingginya pendidikan dan kesadaran perempuan terutama muslimah akan agamanya, semakin selektif mereka memilih suami. Persoalan tak lagi terletak pada laku atau tidak, tapi sudah menginjak masalah prinsip. Tidak semua perempuan yang masih bertahan melajang itu karena tidak ada laki-laki yang mau. Sebaliknya, tidak semua perempuan yang menikah itu merasa dirinya bahagia, bersorak hore karena akhirnya ada yang mau. Tidak sesederhana itu.

Akan jauh lebih baik adalah menghormati keputusan seseorang dalam kehidupannya termasuk dalam hal menikah atau belum. Sungguh, secara kodrati tak ada manusia yang suka hidup sendiri. Tapi bila yang datang masih belum memenuhi kriteria dan tak sanggup menghantar ke ridho Ilahi, bukan pilihan yang salah ketika melajang menjadi pilihan diri. Kita tak tahu betapa kondisi ini juga bukan hal yang mudah bagi para muslimah yang masih melajang. Kita tak tahu beban apa yang harus dipikulnya. Tak perlu kita menambah beban tersebut dengan kata-kata yang tak pantas. Cukup doa dan kata-kata baik yang terlontar, itu bisa menjadi bekalnya untuk melewati hari. Apabila kita memang memunyai kenalan laki-laki salih, maka menawarkan untuk memperkenalkan mereka itu jauh lebih baik daripada hanya berkomentar tanpa memberikan solusi.

Ditulis Oleh: [riafariana/adivammar]

Dari Situs: Voice Of Al-Islam

Share:

Tokoh Islam

Hikmah

Islamia

Muslimah