Selasa, 10 Maret 2015

Teknologi itu memudahkan atau memanjakan?

Manusia sesuai kodratnya sebagai makhluk sosial benar-benar membutuhkan interaksi kepada sesamanya, sehingga hidupnya benar-benar bergantung pada seberapa mampu mereka membina hubungan verbal dengan orang lain mulai dari kerabat sendiri, tetangga dekat hingga masyarakat luas. Hal-hal remeh sekalipun seperti tegur sapa bisa memberi pengaruh/efek nyata dalam suatu komunikasi. Bahkan hubungan kekerabatan pun bisa retak gara-gara keengganan salah satu pihak untuk menyapa.

Jika zaman dulu kita harus mengirim surat melalui pos yang butuh waktu lama kalau mau memberi kabar pada sanak keluarga jauh ataupun teman kita, maka saat ini cukup dengan memencet tombol pada HP (handphone) lalu terkirimlah dalam waktu sekejap saja. Hal itu masih dalam taraf wajar jika jarak yang jauh benar-benar menjadi sekat yang memisahkan mereka.

Namun penilaian itu bisa berubah menjadi ironis jika jarak yang dekat hanya dicukupkan dengan saling kirim sms ataupun telepon saja padahal tidak dibarengi dengan wujudnya suatu halangan. Seseorang enggan keluar rumah dan bertegur sapa secara langsung hanya gara-gara bisa dilakukannya video call dan berbagai fitur-fitur lainnya, padahal waktunya begitu longgar dan tak memiliki kesibukan lain. Bahkan perbincangan yang semestinya bisa dilakukan langsung dirasa cukup lewat perbincangan sosmed di dunia maya saja.

Bukti nyata hal ini adalah ketika hari raya datang, seolah mulai menjadi tradisi bahwa kebanyakan orang mengucapkan selamat hari raya ataupun sugeng riyaden, permohonan maaf dan sebagainya melalui kirim sms atau chat/MBM yang lagi maraknya saat ini, dengan kata-kata mutiara, pantun atau susunan huruf ataupun simbol membentuk suatu kalimat, ditambah lagi sekarang sedang marak stiker-stiker bergambar tanpa melakukan silaturrahim dengan bertatap muka (face to face) langsung. Kegunaan alat-alat bantu pada mulanya sungguh membantu kita memang, tapi lama kelamaan kebanyakan masyarakat justru terlena dengan berbagai fitur-fitur yang terus berkembang tanpa diiringi kesiapan moral menghadapinya. Sebenarnya tinggal bagaimana kita semua siap menghadapinya, sudah siapkah moral anda?

Dicopast dari situs: Pondok pesantren Al-anwar Sarang.
Share:

Tokoh Islam

Hikmah

Islamia

Muslimah