Sabtu, 27 Juni 2015

Wali Pendiam Yang Hidup Sederhana Dari Tanah Aceh

Abu Ibrahim Woyla adalah seorang ulama pengembara. Ulama ini dalam masyarakat Aceh lebih dikenal dengan Abu Ibrahim Keramat atau dipanggilnya dengan sebutan "Teungku Beurahim Wayla". Tokoh ini merupakan orang yang sangat dihormati di Aceh dan dipercaya sering menunaikan shalat Jum'at di Makkah dan kembali pada hari itu juga. Abu Ibrahim Woyla yang bernama lengkap Teungku Ibrahim bin Teungku Sulaiman bin Teungku Husen dilahirkan di kampung Pasi Aceh, Kecamatan Woyla, Kabupaten Aceh Barat pada tahun 1919 M.

Mukhlis, salah satu santri kepercayaan Abu Ibrahim Woyla, ditengarai mengetahui persis garis keturunan Abu Ibrahim Woyla. Awalnya garis ke atas keturunan Abu Ibrahim Woyla yang berasal dari Negeri Baghdad berjumlah tujuh orang datang ke Tanah Aceh, persisnya berlabuh di Aceh Barat. Kemudian, ketujuhnya berpisah ke beberapa daerah di Aceh dan di luar Aceh untuk menyebarkan agama Islam.

Karomah Abu Ibrahim Woyla

Teungku Muhammad Kurdi Syam menceritakan suatu ketika Abu Ibrahim Woyla sedang jalan kaki di Teunom menuju Meulaboh (perjalanan yang memakan waktu 1 atau 2 jam dengan kendaraan bermotor). Anehnya, Abu Ibrahim Woyla ternyata duluan sampai di Meulaboh, padahal yang punya mobil tadi tahu bahwa tidak ada kendaraan lain yang mendahului mobilnya. Kejadian ini bukan sekali dua kali terjadi, malah bagi masyarakat di pantai barat yang sudah mengganggap itulah kelebihan sosok ulama keramat Abu Ibrahim Woyla yang luar biasa tidak sanggup dinalar oleh pikiran orang biasa.

Karenanya tak heran kalau Abu Ibrahim Woyla sering berada seperti di pasar. Misalnya semua pedagang di pasar itu berharap agar Abu Ibrahim Woyla dapat singgah di toko mereka. Mereka ingin mendapatkan berkah Allah melalui perantaran Abu Ibrahim Woyla. Namun tidak segampang itu, karena Abu Ibrahim Woyla punya pilihan sendiri untuk mampir di suatu tempat.

Seperti yang diceritakan Teungku Muhammad Kurdi Syam, suatu waktu Abu Ibrahim Woyla sedang berada di Lamno Aceh Jaya lalu bertemu dengan seseorang yang bernama Samsul Bahri yang sedang bekerja di Abah Awe. Saat itu Abu Ibrahim Woyla membawa dua potong lemang. Ketika mampir di situ Abu Ibrahim Woyla meminta sedikit air. Setelah air itu diberikan Samsul lalu Abu Ibrahim Woyla memberikan dua potong lemang tersebut kepada Samsul. Tapi Samsul menolaknya karena menurut Samsul bahwa lemang tersebut adalah sedekah orang yang diberikan kepada Abu Ibrahim Woyla.

Karena tidak mau diterima Samsul, lemang itu dibuang Abu Ibrahim Woyla yang tak jauh dari tempat duduknya. Kontan saja Samsul tercengang dengan tindakan Abu Woyla yang membuang lemang begitu saja. Karena merasa bersalah lalu Samsul ingin mengambil lemang yang sudah dibuang tersebut. Namun sayang, ketika mau diambil lemang itu hilang secara tiba-tiba.

Dalam kejadian lain, Teungku Nasruddin menceritakan bahwa suatu ketika (sebelum Teungku Nasruddin menjadi menantu Abu Ibrahim Woyla), tiba-tiba di waktu pagi-pagi Abu Ibrahim Woyla datang ke almamaternya ke Pesantren Syaikh Mahmud. Kaki Abu Ibrahim Woyla kelihatan sedikit pincang sebelah kalau berjalan. Kedatangan Abu Ibrahim Woyla disambut Teungku Nasruddin dan teman-teman sepengajian lainnya.

Lalu Abu Woyla meminta sedikit nasi untuk sarapan pagi. "Nasinya ada, tapi tidak ada lauk pauk apa-apa Abu," kata Teungku Nasruddin. "Nggak apa-apa, saya makan pakai telur saja. Coba lihat dulu di dapur mungkin masih ada satu telur tersisa," jawab Abu Ibrahim Woyla.

Lalu Teungku Nasruddin menuju ke dapur. Ternyata di tempat yang biasa ia simpan telur terdapat satu butir telur, padahal seingatnya tidak ada sisa telur lagi karena sudah habis dimakan. Lantas sambil menyuguhkan Nasi kepada Abu Ibrahim Woyla, Teungku Nasruddin bertanya: "Kenapa dengan kaki Abu?"

Abu Ibrahim Woyla menjawab: "Saya baru pulang dari bukit Qaf (Mekkah), di sana banyak sekali tokonya tapi tidak ada penjualnya. Namun kalau kita ingin membeli sesuatu kita harus membayar di mesin, kalau tidak kita bayar kita akan ditangkap polisi. Setelah saya belanja di toko-toko itu lalu saya naik kereta api dan sangat cepat larinya. Karena saya takut duduk dalam kereta api itu, maka saya lompat dan terjatuh hingga membuat kaki saya sedikit terkilir. Makanya saya agak pincang, tapi sebentar lagi juga sembuh."

Kejadian serupa juga dialami oleh keluarga dekat Abu Ibrahim Woyla sendiri. Suatu hari Abu mengunjungi salah seorang saudaranya untuk meminta sedikit nasi dengan lauk sambel udang belimbing. Lalu tuan rumah itu mengatakan pada isterinya untuk menyiapkan nasi dengan sambel udang belimbing untuk Abu Ibrahim Woyla. Tapi isterinya memberi tahu bahwa pohon belimbingnya tidak lagi berbuah:

Baru kemarin sore saya lihat pohon belimbingnya lagi tidak ada buahnya," kata sang isteri pada suuaminya. Tapi suaminya terus mendesak isterinya: "Coba kamu lihat dulu, kadang ada barang dua tiga buah sudah cukup untuk makan Abu."

Lalu isterinya pergi ke pohon belakang rumah. Ternyata belimbing itu memang didapatkan tak lebih dari tiga buah di pohon yang kemarin sore dilihatnya.

Demikian pula ketika hendak melangsungkan pernikahan anak pertama Abu Ibrahim Woyla, yaitu Salmiah. Masyarakat di kampung melihat sepertinya Abu Ibrahim Woyla tidak peduli terhadap acara pernikahan anaknya. Padahal acara pernikahan itu akan berlangsung beberapa hari lagi, tapi Abu Ibrahim Woyla tidak menyiapkan apa-apa untuk menghadapi acara pernikahan anaknya itu. Bahkan uang pun tidak beliau kasih pada keluarga untuk kebutuhan acara tersebut.

Namun ajaibnya pada hari pernikahan berlangsung, ternyata acara pernikahan anaknya berlangsung lebih besar dari pesta-pesta pernikahan orang lain yang jauh-jauh hari telah mempersiapkan segala sesuatunya.

Dan masih banyak cerita aneh lainnya yang tersebar dalam masyarakat Aceh. Masyarakat awam cenderung pragmatis, sehingga memahami keunggulan Abu Woyla lebih banyak dari sisi keramatnya. Padahal sebenarnya keramat (karamah) itu hanyalah bonus dari Allah bagi setiap orang yang gemar riyadhah spiritual dan berhasil melakukan perjalanan ruhiyah menuju Ilahi.

Mohon Dikoreksi kembali Di sumber aslinya Baca Disini

Share:

Tokoh Islam

Hikmah

Islamia

Muslimah