Kamis, 29 Maret 2018

Biografi Syeikh Nawawi Banten Tokoh Sufi Thoriqoh Qodariyah


Syekh Nawawi juga tercatat sebagai tokoh sufi dengan thariqah Qadiriyah, yang mengikuti ajaran ajaran Syaikh Abdul-Qadir al-Jailani (wafat pada 561 H atau 1166 M). Sayangnya, hingga riwayat ini rampung ditulis, penulis masih belum mendapatkan bahan untuk rujukan yang memuaskan mengenai Syekh Nawawi Al Bantani sebagai pengikut thariqah Qadiriyah ataukah thariqah gabungan Qadiriyah wa Naqsabandiyah.

Padahal, sejak lama pembacaan kitab Manaqib Abdul Qadir pada berbagai kesempatan tertentu merupakan indikasi akan kuatnya tarekat ini di wilayah Banten. Bahkan, Hikayah Syekh, terjemahan salah satu dari versi Manaqib, Khulashatul Mafakhir fi Ikhtishar Manaqib As-Syaikh ‘Abdil Qadir yang ditulis ‘Afifuddin al-Yafi’i (wafat pada 1367 M),

sangat mungkin dikerjakan di Banten di abad ke-17, terutama mengingat penggunaan gaya bahasanya yang sangat kuno. Apalagi, pada pertengahan abad ke 18 silam, Sultan Banten ‘Arif Zainul ‘Asyiqin, di dalam segel resminya menggelari dirinya al-Qadiri.

Seabad kemudian, mukminin asal Kalimantan di Makkah, Syaikh Ahmad Khatib Sambas (wafat pada 1878), menyebarkan tarekat Qadiriyah yang digabungkan juga dengan Naqshabandiyah. Kedudukan Beliau sebagai pemimpin thariqah digantikan oleh Syaikh Abdul Karim yang juga bermukim di Mekah.

Di tangannya, thariqah gabungan ini kemudian berkembang pesat di wilayah Banten & memberi pengaruh pada meletusnya Geger Cilegon pada tahu 1888 & amalannya melahirkan debus.

Demiakanlah, Syekh Nawawi Banten yang hidup sekitar seabad setelah Syaikh Abdush Shamad Al-Falimbani disebutkan namanya di dalam isnad kitab tashawuf yang telah diterbitkan oleh ahli isnad kitab kuning yang masyhur, yaitu Syaikh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa Al-Fadani (Syekh Yasin Padang) sebagai mata rantai sesudah Syaikh ‘Abd as-Samad.

Sumber Artikel: Fp [ LAZ Sidogiri ]
Share:

Tokoh Islam

Hikmah

Islamia

Muslimah